Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Kamis, 05 Mei 2016

El'Diablo


Sesuatu dilarang karena ada sebabnya. Maka berhentilah bersikap penasaran karena akhirnya aku janjikan, hal itu dapat mendatangkan sesuatu yang buruk. Pesan ini akan ku teruskan, agar semua orang mengerti kenapa. Dulu aku memang orang yang tidak terlalu percaya dengan yang namanya mitos, legenda, cerita rakyat dan semacamnya. Bagiku hal seperti itu tidak logis, dan memang hanya karangan orang gila yang ingin menanamkan suatu yang tidak penting ke otak kita. Tapi semua itu berubah ketika aku melihat sendiri. Sesuatu yang tidak kupercaya. Itu nyata.

Desember hampir menemui ajalnya. Namun musim dingin belum mau lepas meninggalkan Kota Toledo tempat ku tinggal. Jelang liburan malam itu, tengah ku habiskan dengan bercakap dengan pacarku Diego. Tidak secara langsung, karena kami terpaut jarak. Ya Diego tinggal di kota ibu kota, Madrid. Untuk menghemat waktu dan uang, jadi kami sering melakukan percakapan melalui webcam. Sabtu malam itu aku sibuk memakai bedak terbaik, merapikan rambut dan memakai pakaian yang ku rasa terlihat sempurna. Setelah siap aku pergi ke depan layar komputer, menyalakan webcam untuk berjumpa dengannya.

Sesosok wajah pria berhidung bangir muncul di layar. Rambut pirangnya yang keriting, keluar sedikit dari topi hip-hop merah yang dipakainya. tak butuh waktu lama sampai ia mulai tersenyum dan menggodaku.

Diego adalah seorang yang aktif di youtube tepatnya fokus dalam dunia game. Hampir setiap minggu ia meng-upload video. Dan kemarin ia memberitahuku kalau hari ini akan membuat video lain. Memang bukan kencan seperti ini yang aku harapkan. Tapi lelaki itu bilang akan menarik jika nanti di videonya dia memamerkan aku sebagai pacarnya. Dia mengistilahkannya akan jadi sesuatu yang increible—dalam bahasa spanyol yang berarti luar biasa. Sebenarnya aku sudah bilang pada Diego kalau aku tak ingin terlibat dengan pekerjaan video yang dia buat, tapi kali ini ia dengan gombalan-nya berhasil membuatku melakukan ini. Meski alasannya klise—sebagai kado natal untuknya.

“Jadi video apa yang ingin kau buat ? lebih baik kita cepat selesaikan.”

“Tepat ! Lora kau pasti tidak sabar untuk berkencan denganku bukan ? oke, aku akan membuat video tentang game ini,” Diego kemudian memutar sedikit monitor ke arah kamera, menunjukkannya padaku. Tampilan halaman web berlatar serba hitam, dan tulisan eldiablo.es berwarna merah terpampang besar dibagian tengah.

“Game horor berbasis web page, yang sedang ramai dibicarakan, oh dengarlah ini Lora suara backsound-nya,” Diego mendekatkan mic ke speaker disamping monitor. Aku dapat mendengar lantunan nada tinggi piano yang cepat dan melengking. Cukup menyalurkan kengerian dari sana.

“Percaya atau tidak, menurut cerita yang kudengar, orang yang kalah dalam permainan ini...” Diego mendekatkan wajahnya ke depan webcam lalu melanjutkan kata-katanya dengan suara yang dibuat serak dan berat agar terdengar seram, “akan mati....”

Aku menertawainya, tentu saja tak percaya dengan omong kosong itu, “Lagi-lagi orang percaya dengan mitos bodoh, mana ada game yang bisa membunuh pemainnya.”

“Aku juga tidak percaya, lagi pula aku melakukan ini hanya supaya subscribers ku semakin banyak,” jelas Diego yang sekarang sibuk menggerak-gerakan mouse, “tapi anehnya menurut rumor yang ku dengar, eldiablo hanya bisa diakses dari negara ini, lebih misterius lagi dia hanya bisa terbuka setelah pukul sepuluh hinggal dua belas malam.”

“Hey-hey Lora lihat, ternyata ada beberapa aturan disini.”

“Pemain harus bermain sendiri, pastikan tempat dalam keadaan gelap, hidupkan webcam anda—”
Aku mendengus ke arah lelaki itu, “Pasti aturan itu hanya untuk menakut-nakuti saja.”

Diego tidak menghiraukanku, ia melanjutkan membaca peraturan selanjutnya, “Pemain yang meninggalkan ruangan akan dinyatakan kalah, dan...hey aturan terakhir ini malah lebih aneh Lora.”

Aku menatap tampilan di layar monitor Diego perlahan bergerak turun, menampilkan tulisan yang membuat mataku membulat heran.

“Goreskan bukti darah ke layar monitor ? apa maksudnya mungkin masukkan golongan darah mu ?”

“Tidak mungkin Lora, disini jelas perintahnya untuk menggoreskan darah, sebentar biar ku coba.”

“Kau benar-benar gila jika menuruti peraturan yang sudah jelas membodohi ini.”

Namun Diego menghilang dari layar, sepertinya ia pergi mengambil sesuatu. Aku sebenarnya tidak percaya dengan permainan ini, buang-buang waktu saja. Tak lama Diego datang muncul kembali. Lalu menunjukkan ujung jempolnya yang mengeluarkan sepercik darah.

“Baik, kita lihat apa ini berhasil,”  lelaki itu kemudian menggiring jempolnya ke layar monitor dan menempelkan sejenak. Noda darah mengotori layar. Aku menatap monitor itu, tak ada yang berubah. Tentu saja Diego terlalu bodoh karena mengaggap serius hal seperti ini.

“Lihat, ini semua hanya omong kosong Diego,” teriakku kesal.

“Ah mungkin karena aku belum mematikan lampunya,” ia kemudian berdiri kembali. Tak lama gambar dilayar monitorku menjadi gelap, sampai Diego menghidupkan nightmode yang ada di kameranya. Wajah Diego jadi terlihat putih, matanya berkilat seperti mata kucing. Begitu lelaki bertopi itu duduk, ia terperanjat sekejap. Mulutnya terbuka beberapa saat, bahkan sepertinya ia tidak menghiraukan panggilanku. Diego menggeleng cepat, lalu bergerak menunjukkan sesuatu dilayar monitornya.

Aku pun ikut tersentak begitu melihat layar monitor Diego, noda darah yang tadi menempel disana telah lenyap. Dan itu benar-benar lenyap, tanpa sisa sedikitpun. Dengan kesal ku coba berteriak pada lelaki itu.

“Pasti itu kau kan yang melakukannya ? kau ingin menakut-nakuti aku ya Migo ?”
“Aku bersumpah tidak melakukannya, bagaimana mungkin aku melakukan hal itu disaat yang bersamaan aku juga mematikan lampu yang berjarak lima kaki dari tempat ku duduk Lora ?”

Aku baru akan membuka mulut, namun dia langsung memotong dengan nada suara tak sabar.

“Lora lihat,” layar monitor ku pun bergerak mengikuti apa yang ingin pacarku tunjukkan.

Layar monitor menunjukkan tulisan stage 1, tanda permainan telah dimulai. Tapi hal yang membuat jantungku berdebar lebih cepat adalah tulisan yang berada di pojok kanan atas layar yang bertuliskan nama pemain. Tertulis Diego Da Santos, nama asli pacarku. Bagaimana mungkin disana bisa langsung tertulis nama asli Diego padahal sejak awal tadi aku tidak melihat Diego mengisi form nama atau membuat akun dan semacamnya. Jadi seharusnya mustahil nama Diego bisa muncul secara tiba-tiba disana, ini bukan kebetulan. Aku memandangi sudut layar lain, di ujung kiri sebuah tengkorak yang menganga yang mengerikan muncul. Dibagian dalam mulutnya terlihat waktu countdown bertuliskan dead clock—jam kematian yang semakin berkurang. Dan sepertinya hitung mundur akan habis tepat pukul dua belas nanti. Diego masih memiliki banyak waktu. jam itu akan habis tepat pukul dua belas malam.

Diego berteriak semangat, sambil mengangguk-anggukan kepalanya, “Baiklah Lora, kita mulai permainan ini.”

“Hentikan Migo, perasaanku tidak enak,”

“Oh ayolah Lora, kau sendiri yang bilang bukan kalau ini hanya permainan bodoh ? lagipula jika aku tidak menyelesaiakan permainan ini sampai waktu berakhir maka harusnya aku akan mati.”

“Mungkin ada kesempatan kalau kau berhenti sekarang.”

Diego mengangkat telunjuk ke depan bibirnya sambil berdesis pelan, “Tenanglah Lora, aku akan baik-baik saja.”

Antara perasaaan khawatir dan takut, saat itu aku hanya bisa menganggukkan kepala sekali. Lalu mulai menatap wajah Diego yang sudah sibuk berkutat dengan layar monitor di hadapannya. Kami tidak banyak bicara setelah itu, aku berusaha ingin membantu tapi Diego melarang karena pada peraturannya, pemain hanya satu orang. Artinya tidak boleh ada bantuan, apapun bentuknya. Lelaki bertopi itu, sesekali menutup mulutnya, menarik nafas dalam-dalam lalu kembali bergerak mengetikkan sesuatu.

Dari layar monitor aku bisa tahu kalau game ini sesederhana menyusun kata. Seperti menyusun anagram, kau harus bisa menyusun beberapa kata lain dari sebuah kata yang ditentukan. Tampilan monitor hanya memperlihatkan tokoh game yang pixelate sehingga tidak terlalu jelas. Yang dapat ku lihat adalah berupa seorang wanita, dengan pakaian gaun hitam panjang yang membawa sebuah benda berbentuk bulat—yang entah apa itu bola atau apa—dengan kedua tangannya. Tugas pemain adalah mengantar wanita itu ke sebuah rumah, dengan cara membuat anagram dari kata yang ditentukan.  Semakin pemain berhasil menemukan kata-kata yang dimaksud maka wanita itu akan bergerak semakin dekat ke rumah. Hanya sesimpel itu.

Sampai dibeberapa stage kemudian Diego mengeluh kalau dirumahnya ada hal yang tidak beres. Kadang-kadang beberapa benda terjatuh, dan kini ia berbisik kalau seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Tapi sejauh ini ia nampak percaya diri dalam menyelesaikan permainan. Semua baik-baik saja, hingga ketika Diego kehilangan nyawa ketiganya. Tiba-tiba dilayar komputer Diego muncul sebuah rekaman video live. Mataku membelalak, jantungku berdebar semakin cepat saat menyadari video itu merekam halaman depan rumah Diego.

“Sial bagaimana bisa dia mengetahui rumahku !” teriak Diego panik.

Ia hampir meninggalkan tempat duduk, aku ingat dalam peraturan kalau tidak diizinkan keluar dari ruangan. Cepat-cepat aku teriak mengingatkan Diego, namun terlambat. Lelaki itu telah terlanjur pergi keluar. Seperti ada hawa dingin yang menghampiri kepalaku, dengan gelisah aku berusaha tenang. Menatap layar yang menampilkan kursi kosong.

Tak lama Diego kembali. Wajahnya sepucat purnama, beberapa saat ia berjalan mondar-mandir sambil memegangi kepala. Aku menghembuskan nafas lega, setidaknya ia kembali tak kurang apapun.

“Bagaimana? Apa kau menemukan yang merekam video itu ?” tanyaku yang dalam hati ingin mendengar jawaban kalau semua ini hanya lelucon. Tapi Diego tidak nampak sedang bercanda.

“Tidak ada siapapun,” ujarnya dengan nada resah, “tapi pintu rumahku terkunci.”

“Terkunci ? bagaimana bisa ?”

“Aku juga tidak tahu Lora ! itu benar-benar tidak bisa dibuka, padahal kuncinya ada didalam.”

Aku ingin menenangkan Diego, namun fikiran ini sudah kehabisan kata-kata. Waktu di jam meja ku menunjukan pukul sebelas. Masih satu jam lagi sampai waktu bermain habis.

“Oke, tenanglah aku akan menyelesaikan permainan ini, dengan begitu kita akan menjalani kencan kita dan menghentikan semua kegilaan ini.”

***

Dari layar monitor aku disini hanya bisa mendekap kedua lututku sambil berharap lelaki itu akan berhasil menyelesaikan game ini. Hanya tinggal satu kesempatan tersisa, Diego kehilangan satu kesempatan di stage ini. Ia mengeluhkan sangat sulit membuat anagram terakhir. Dan jika ini gagal maka gameover. Dengan keresahan yang tidak habis, aku menunggu. Diego memasukkan kata demi kata.

“Diego, tenanglah ini kesempatan terakhir, kau yakin jawabannya sudah benar ?”

“Entahlah, tapi aku akan buktikan kalau permainan ini hanya omong kosong !”

Sebelum aku sempat berbicara lagi, lelaki itu langsung menekan tombol enter. Dentingan mengerikan piano terdengar dengan keras, bersamaan dengan layar monitor yang kemudian berubah hitam. Muncul tulisan besar berwarna merah yang memenuhi layar—gameover. Mata kami saling bertautan. Beberapa saat hening, mata lelaki itu bergerak ke monitor lalu menatapku lagi. Diego tersenyum puas.

“Lihat ? apa yang aku bilang Lora, game ini hanya omong kosong.”

Belum sempat Diego melanjutkan, sedetik kemudian layar monitor menjadi terang, Diego mengalihkan pandangannya ke monitor. Ia terperanjat ke belakang begitu melihat apa yang ada disana.

“Diego ! ada apa ?”

Ia menatapku kosong, terlihat raut wajahnya kebingungan. Ia kemudian menggerakan layar monitor menghadap webcam yang ada disamping sehingga aku dapat melihat monitor itu lagi. Jantungku seperti hampir melompat dari tempatnya, hal yang kulihat saat itu benar-benar membuatku berigidik ketakutan. Di layar monitor, sekarang menampilkan kembali video live dan kali ini rekaman itu bergerak memasuki rumah Diego. Melintasi ruang tengah yang gelap, tak berhenti. Sekarang masih berjalan, menuju kamar tempat Diego berada.

“Diego cepat keluar !” teriakku berusaha menyadarkan Diego yang sekarang terlihat hanya bisa terpaku menatap layar monitor, seperti tidak mendengarkan kata-kataku.

Lalu video itu menampilkan pintu kamar diego yang tiba-tiba saja terbuka. Benar saja dari sini aku dapat mendengar bunyi berderak engsel pintu kamar Diego terbuka perlahan. Yang kulihat setelah itu membuat mataku terbelalak tak percaya. Rekaman itu sekarang menampilkan Diego yang sedang duduk terdiam menatap ke layar monitor. Aku menutup mulut dengan sebelah tanganku, ini sangat mustahil. Aku kemudian berteriak sekuat tenaga.

“Diego lari ! cepat lari !”

Bibir Diego bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu, namun tubuhnya hanya gemetaran. Seakan ia lumpuh, dan tidak bisa beranjak dari posisinya. Sesaat itu hening kembali membungkus suasana kegelapan dikamar Diego. Aku mencoba mengatur nafasku, sampai aku melihat dua pasang tangan yang keluar dari kegelapan di belakang kepala lelaki itu. Tangan lusuh dengan kuku yang panjang itu bergerak menyusuri mata Diego. Hal yang paling mengerikan bagiku karena melihat apa yang terjadi setelahnya. Tangan itu tanpa ampun mencengkram keras mata Diego hingga darah bertumpahan dari kelopak matanya. Hal itu terjadi dengan cepat, tangan penuh darah itu benar-benar mencungkil kedua mata Diego hingga menyisakan lubang kosong kemerahan disana.

Aku berteriak histeris, kemudian dengan cepat kututup jendela percakapan dengan Diego. Butiran air mata deras menerjuni pipiku. Diego telah meninggal. Aku beringsut berlari ke tempat tidur, menenggelamkan wajahku disana. Seluruh tubuhku gemetaran, apa yang kulihat tadi...aku tidak percaya itu benar-benar terjadi.

Aku masih meratap di tempat tidur hingga mendadak seluruh lampu di rumahku padam. Aku terkaget, dan gemetaran bangun. Hawa dingin yang terasa menekan rasanya hadir diantara kegelapan yang kini mendekapku. Aku berlari menyalakan lampu, namun tidak ada yang terjadi. Dengan keringat dingin yang mulai menetes, aku pun berusaha lari menuju pintu depan. Sial pintunya tidak bisa dibuka batinku. Sekuat tenaga aku berusaha mendorong dan mendobrak dengan bahu. Tapi sia-sia, pintu ini tidak mau terbuka. Seakan ada sesuatu yang menahan benda ini meski kuncinya sudah ku buka.

Dari jendela, kulihat lampu dihalaman depan yang berkelip berusaha untuk menyala. Sesosok siluet wanita bergaun hitam panjang, diterangi sesekali dari cahaya lampu yang berkelip. Rambut yang kotor, bergelombang menutupi matanya. Aku seakan tak bisa bergerak. Mataku seakan dipaksa untuk melihat sosok itu, yang ternyata membawa sebuah kepala anak kecil dengan kedua tangannya. Kepala tanpa mata. Tiba-tiba menyeringai ke arahku.

Tepat ketika lampu dihalaman bisa menyala kembali, sosok itu pun menghilang. Namun nafasku seakan tertahan, dan baru dapat ku hembuskan perlahan sekarang. Samar-samar setelah itu, aku dapat mendengar suara piano nada tinggi yang melengking, merambat dari arah kamarku. Dengan langkah gemetar, aku coba berjalan ke sumber suara.

Aku tidak bisa berhenti menangis, ketika melihat layar monitor bernuansa hitam, dengan serangkaian kata merah besar terpampang jelas bertuliskan stage 1 tiba-tiba saja muncul. Dengan jam kematian yang menyisakan waktu tinggal sepuluh menit. Etntah kenapa permainan ini muncul begitu saja. Aku menggenggam kepala, mencengkram rambut dengan kedua tanganku. Hal yang mustahil menyelesaikan permainan ini dalam waktu sepuluh menit.

“Karena itu aku memutuskan untuk membuat sebuah rekaman video ini. Untuk mengingatkan semua orang. Agar tidak adalagi korban, dan agar semua tahu kalau game ini nyata, semuanya nyata.”

“Jika kau fikir ini hanya pesan untuk membohongi, tolong kecualikan videoku ini. Berhentilah sebelum terlambat. Ingatlah perkataanku, sesuatu dilarang karena ada sebabnya. Mitos ada untuk memperingatkan kita, kalau hal yang diluar logika itu memang ada.”

***
Lelaki berambut pirang itu menatap layar sambil menggeleng tak percaya,

“Video hanya sampai sini saja karena tiba-tiba rekaman itu rusak. Menyisakan beribu pertanyaan dikepala setiap orang. Apa yang terjadi dengan perempuan bernama Lora itu ? tak ada yang tahu.”

Ia kemudian melepas headset putih bermotif tengkorak yang melingkari kepalanya. Kumis tipisnya semakin jelas terlihat ketika ia menghadapkan wajahnya kini ke arah kamera, “Namun kabar mengejutkan terdengar beberapa saat yang lalu ketika media spanyol mengabarkan kematian aneh yang menimpa seseorang wanita muda di Kota Toledo. Diperkirakan mayatnya sudah disana beberapa hari, tak ada yang tahu siapa yang bertanggung jawab atas kematian wanita itu. Menurut kabar yang beredar, wanita itu tewas dibunuh dengan luka mengenaskan.”

Dengan suara yang dibuat dramatisir, lelaki itu melanjutkan, “Ia kehilangan kedua matanya... apa kebetulan ? tapi menurutku video seperti ini hanya untuk mencari sensasi saja.”

“Kalau begitu untuk menjawab pertanyaan kalian semua, staytune di channel Pablo’s game, karena minggu depan aku akan membuktikan semuanya dengan memainkan game yang mengerikan di situs eldiablo yang melegenda ini, jangan lupa untuk subscribe, Oke ? cukup untuk sekarang dan sampai jumpa lagi di video ku selanjutnya. Adios.

WELCOME GUYS


WELCOME BABY


WELCOME, SELAMAT DATANG, WILUJENG SUMPING para brotha dan sista yang sudah menyempatkan diri untuk datang di blog gue yang sederhana bin sungguhh biasa ini.

 “INI BLOG ?”

Iya ini blog yaa,

“JADI INI BUKAN LAYANAN POS ?”

Bukan kakak, ini blog pribadi. Saya gak melayani pos atau kiriman gitu ya. Tapi kalau mau ngirimin apa-apa ke saya, boleh kontak ke email pribadi saja ehehe.

“PAAN SIH !”

Selaw dong jangan marah-marah gitu brotha. Blog ini masih baru loh, fresh from oven jadi masih anget-anget gitu kayak kamu.

#visitior has left this blog

MAAAF ATAS KETIDAK JELASAN DIATAS, JANGAN PERGI PLIS JANGAN PERGI (Sambil narik narik kaki visitor).

Oke, hiraukan tulisan diatas ya brothapost. Izinkan gue mengulangi kata-kata pembuka dari blog ini. Sekali lagi SELAMAT DATANG YA KAMU, IYA KAMU. Dan selamat, kamu mungkin sekarang adalah satu dari sekian banyaknya pengunjung blog gak jelas ini. Iya, asli ini blog emang gak jelas kan ? hehe tapi gak jelas, gak jelas gini ya...emang gak jelas (paan sih!?). Oke pokoknya intinya selamat datang deh. Dan Enjoy your visit here ya.

“jadi ini situs apa ?”

Ini adalah satu dari sekian banyak situs PALING PENTING DI DUNIA. Karena eh karena, ini adalah blog pribadi gue.

“LOE SIAPA SIH ?”

*ketawa tengil* Lo gak tahu siapa gue ? hah, sudah 2016 brotha ga kenal gue ? kemana aja ? OKE GUE EMANG BUKAN SIAPA-SIAPA. Kalau lo nyasar kesini dan mengira ini adalah website pribadi orang terkenal seperti Raisa, Isyana, atau Saipul Jamila maaf, BUKAN. Jadi intinya ini adalah blog pribadi, ya yang namanya pribadi ya pastinya bakalan berisi konten pribadi. Seperti cerita pribadi gue, hobi pribadi gue, ukuran pribadi gue (oke ini terlalu pribadi).

TAPI

Gue jamin, lo yang datang kesini ga usah nyesel karena datang ke Blog yang salah apalagi sampai close web ini, PLIS BIASAKAN BACA SAMPAI AKHIR YA. Jangan sampai lo nyesel karena belum tahu apa aja hal penting yang ada di situs tukangpost ini.

Seperti yang gue tulis di atas. Konten blog ini akan berisi tentang berbagai hal dan pengalaman pribadi gue yang kebanyakan cerita pendek yang dipastikan bakalan epic untuk menghibur semua brotha dan sista. Selain cerita pengalaman pribadi, gue pun akan ngepost hal-hal ‘berwawasan’ lainnya disini yang akan lebih menjurus ke dunia kepenulisan. Iya, karena gue sendiri memang seneng banget nulis jadi gue akan sering-sering berbagi dan diskusi bareng brothe dan Sista disini. Oh, iya lo semua bisa menghubungi gue lewat cbox yang ada dibawah. Pasti bakalan gue jawab.
Gak usah panjang, panjang kali ya pembuka blognya ? oke sekian aja deh post pembuka dari blog ini, sekali lagi ENJOY YOUR VISIT HERE, KARENA GUE DISINI INGIN BERBAGI DAN MENGHIBUR.

TERIMAKASIH SEMUA

Kring...kring...post datang :)

Bumi dan Langit





Saat manusia membusungkan dada mereka, membanggakan kisah cinta bangsanya yang sudah mereka kira sempurna .  Padahal aku sendiri rasanya belum pernah mendengar cerita cinta lain yang lebih manis dari kisah cinta Bumi dan Langit .

Aku mengenal Bumi sebagai seorang yang paling sabar . Bumi itu kuat, belum pernah ia mengeluh karena beban makhluk-makhluk yang ada di permukaannya . Belum pernah ia merasa tak mampu untuk menahan rasa sakit saat manusia bengis menggerogoti sedikit-sedikit daging di tubuhnya . Dan selama ini juga belum pernah aku mendengar keluh kesah Bumi meski saat ini wajahnya mulai rusak karena ulah manusia yang tak tahu adat .

Bumi mungkin mampu menahan beban berat, menahan rasa sakit, menahan ego saat wajahnya mulai rusak .

Tapi aku tahu Bumi sering menangis karena tak mampu menahan rasa rindu kepada Langit .

Karena itu baru-baru ini aku tak sering mengajak Bumi berbicara, tak maulah aku menambah beban fikirannya .

Dahulu sekali, aku mengenal Langit sebagai seorang yang elok . Mungkin Langit adalah salah satu keajaiban terindah yang pernah Tuhan ciptakan . Warna biru adalah pertanda kerinduan, itulah mengapa Langit selalu berwarna biru yang seakan berkata kalau ia juga sangat merindukan Bumi . Ia sering meringis saat racun yang terlalu sering merobek-robek kulitnya . Namun langit tak pernah dendam, ia masih selalu tersenyum hingga saat ini .

Jadilah aku pun tak pernah berbincang lagi dengan Langit, jangankan untuk berbicara, sepertinya rasa perih bahkan mulai membuatnya sulit tersenyum lagi .

Beruntunglah mereka memiliki sahabat sebaik Air . Ia adalah seorang yang paling dermawan, tak tahulah aku darimana sifatnya itu . Bukan rahasia lagi jika Bumi selalu mengirimkannya ke atas untuk mengantarkan pesan, sebaliknya Langit juga mengirimkan pesannya ke Bumi sebagai Hujan . Tak pernah sungkan ia mengantarkan pesan cinta berkilo-kilometer jauhnya .

Air terlalu sibuk dengan tugasnya, tak maulah aku mengganggu ibadahnya sebagai penyalur amanat dua kekasih itu .

Aku sendiri tidak tahu apakah harus merasa beruntung atau merasa sedih . Satu sisi aku merasa beruntung karena tidak harus menahan beban dan rindu seperti bumi, tak harus risih karena tidak ada makhluk yang berkeliaran dikepalaku. Aku dapat hidup damai .

Tapi tak banyak yang tahu, kalau aku juga sering menangis karena kesunyian. Yang perlahan mendekapku dalam kegelapan .

-catatan hati Bulan-

Celana Putih Seorang Dirigen


POSTINGAN JADUL DI BLOG GUA YANG LAIN, COBA AJA BACA DULU GUYS BARANGKALI SUKA :)
 
Akhir-akhir ini, Bogor sedang di landa musim hujan yang cukup dahsyat.. dimana orang-orang yang menyenangi olahraga EXSTRIM yang bernama MAIN HUJAN-HUJANAN merajalela mencari kesenangan. para ATLET olahraga ini biasa di sebut manusia air atau istilah kerennya Waterhuman (bukan watermelon).
walaupun kita tahu, mereka memiliki kecenderungan lebih besar  terjangkit penyakit panuan dan bengek (baca: asma), dibandingkan dengan yang nggak pernah hujan-hujanan. Gua Cuma kasian sama Pawang ujan, mereka bakalan ga laku lagi …gara-gara sekarang ujan ga usah dipanggil udah dateng duluan.

 Ngomong-ngomong soal ujan.. gua punya badmemorries ( apalah itu namanya ) soal hujan. Sebuah kenangan yang mengenaskan dan sulit buat dilupain .
Jadi dulu, pas gua masih TK, gua sekolah di TK AL-Ju’man ( promosi hehe ) yang memang merupakan TK pafvorit di kota Bogor karena memiliki fasilitas bermain yang memadai. Kebetulan gua langsung masuk ke TK nol besar ( bukan,bukan akselerasi ko ) karena kebetulan ibu gua seorang guru sd, jadi gw itung-itung homeschooling gitu hehe.
Waktu itu rencanannya di Kota Bogor, bakalan di ada’in lomba kesenian tingkat TK. Nah kebetulan TK gua yang memang terkenal ini, ikut nurunin muridnya di lomba ini.

Niatnya sih, di perlombaan ini, gua pengen nunjukin skill gua di bidang seni. Temen-temen gua ada yang ikut lomba mewarnai, menggambar, main alat music, dan lainnya. Dan secara tidak manusiawi, gua malah disuruh mimpin temen-temen gua di cabang lomba paduan suara (kaya mau seagames aja neh ).

Setelah pemilihan itu..hari-hari sepulang belajar, di’isi sama latian bernyanyi dengan suka cita. Gua selalu memanfaatkan latian ini, sebagai alat penyalur ‘bakat alami’ yang gua punya. Dengan semangat ala tukang somay ngejar setoran, gua berlatih serius, walaupun kadang kritik guru gua selalu menyertai langkah-langkah ini.

“Trisyan, bukan begitu ketukannya, tapi tangan kamu di ayunkan ke atas dan kesamping seperti ini” Bu Ida, salahsatu guru tk berusaha membetulkan gerakan tangan gua,yang lebih MIRIP gerakan silat daripada gerakan seorang drigen. Tapi walapun begitu.. gua tetep ‘kekeh’ berusaha sekuat tenaga, biar bisa jadi drigen dan composer setingkat Edwin gutawa.

Setelah latian silat selama satu bulan, ralat setelah latian menyanyi selama 1 bulan…Akhirnya hari ini tiba… bagian gua pentas !!. Gua udah makin mantap menghadapi ini,gerakan tangan gua juga sekarang udah lebih membaik dari pada sebelumnya. Misalnya yang tadinya Cuma jari telunjuk gua yang aktif , sekarang jempol kaki juga ikut main. Yang tadinya tangan gua kalangkabut ga karuan, sekarang udah mengikuti irama music yang ada. Ini berkat latian rutin yang di berikan oleh wali kelas gua yang paling sabar yaitu IBU Ida tersayang.

Pagi ini, gua pergi dengan pakaian putih, gagah….bak pendekar habis berak di sungai. Ralat, gua hari ini pergi dengan pakaian gagah bak composer kelas dunia. Baju kemeja ber’tangan panjang warna putih, rambut di belah pinggir, dan ditambah ketek basah yang sudah di semprot deodoran kaka gua. Kebetulan lombanya diadain di TK gua, jadi gak usah ribet-ribet berangkat pagi-pagi.

“bu dede berangkat dulu yah !” pamit gua sambil menyambut tangan ibu gua. “iya, awas..yang bener jadi drigennya ! kakinya jangan ngangkang-ngangkang lagi loh !” sahut ibu gua mantap, dan gua Cuma bias senyum pait.

Hari itu, gua masih inget banget…dianterin sama bapak gua ke tempat 'eksekusi’ (kaya mau dihukum mati, gua). Dengan mengendarai vespa excel berwarna hijau pekat, gua pun berangkat. Sayang seribu satu sayang….di pertengahan jalan, hujan turun deras banget. Bahkan bapak gua yang lagi ngebut bak pembalap ulung di sirkuit sentul, motornya hamper oleng karena licinnya jalan. dikarenakan takut baju ‘dinas’ gua basah dan menjadi tidak nyaman di pakai. Terpaksa kita berhenti di pit (baca: pinggir jalan ) terdekat dan menunggu hujan mengecil ( bukan,bukan, bukan maksudnya hujannya jadi lebih kecil tapi maksudnya menjadi tidak terlalu deras ).

Setelah serbuan hujan semakin mereda, kami pun langsung melesat kembali ke jalan. Karena waktu sudah mepet, jadi bapak gua ‘nekat’ menggila kembali dijalan. Saattt !! sattt !! saudara-saudara, semua kendaraan roda dua dan kawan-kawannya, abis di lewatin motor bapak gua. Sebenernya gua sempet kaget, kenapa si bapak ternyata memiliki skill mengendarai motor yang mungkin setingkat dengan valentino rossi ini ??. Konon katanya bapak gua pernah ‘betapa’ di gunung kidul untuk mendapat keistimewaan ini wehwehweh.

Setelah 30 menit perjalanan yang exstrim, akhirnya gua sampe di TK gua. Ternyata perlombaannya belum di mulai, kesempatan ini nggak gua siasia’in percuma. (dengan bodohnya )Gua manfa’atin waktu semaksimal mungkin untuk main serodotan dan kucing-kucingan. Maklum waktu TK, gua anaknnya agak petakilan, lari-lari ngaler ngulon (baca: utara-selatan), lompat-lompat, ngumpulin batu, dan kegiatan ga berguna lainnya. Beda sama sekarang.. gaya gua lebih cool, sporty, garang dan garong.

Pas gua lagi petakilan, main lari-larian sama temen gua si izhka. Ngga peduli sama ‘medan’ main gua yang sangat licin karena baru di terpa hujan tadi.

Secara enggak sengaja gua terpeleset..dan jatoh ke kubangan lumpur, di halaman bermain TK gua. Baju kemeja gua kotor banget.. udah banyak lumpur, lumut, dan segala kotoran udah nempel di ntu baju. Baju yang tadinya putih gagah bak pendekar, sekarang Cuma jadi baju putih kotor kaya tukang beling di pasar anyar.

Anak-anak TK pada dateng ngerumunin gua,

“ ya allah, trisyan kamu kenapa ? itu baju sampai kotor kaya begitu ?” Tanya bu Ida wali kelas gua, yang selalu ada di samping gua.. bagaikan malaikat rokib dan atid, sambil berusaha membersihkan noda yang nempel di baju gua.

“itu bu,itu… tadi si trisyan lagi main lari-larian sama aku, ehh malah sengaja jatoh-jatohan di kubangan lumpur..!” sahut si izhka frontal, kalau aja ga ada bu Ida, udah gua bekep mulutnya dengan ketek  gua yang basah ini, biar dia ga bisa ngomong. Tapi niat itu gua urungkan, karena melihat mamah’nya  izhka datang ke arah gua dan menawarkan bantuan.

“ayo trisyan, pake aja baju si izhka.. dari pada kamu nanti ga jadi tampil ?!” kata mamah izhka,

“em..iya deh tante..” sahut gua sambil garuk-garuk pantat, yang pasti gua gamau ‘konser’ pertama gua tercoreng karena kotoran-kotoran hina ini. Kebetulan juga rumah si izhka masih satu komplek sama TK gua, jadi letaknya ngga terlalu jauh.

“tuhkan.. apa tante bilang.. bajunya pass banget di kamu !!, izhka sama kamu’kan udah kaya ‘saudara kembar’ !” sahut mamah izhka, sambil mengamati….seperti seorang copet dari taman topi yang hendak mencari mangsa.

“uhh.. iya makasih ya tante !!” sahut gua, Walaupun gua di sama’in sama bocah frontal, tapi gua bersyukur karena masih tertolong oleh baju si izhka ini.

Pas gua balik ke TK, ternyata acara udah hamper di mulai, gua liat wali kelas gua udah keleper-keleper kaya ikan lele lagi di goreng.

“allhamdulilah, trisyan kamu ternyata dapet baju ganti juga, ayo sana ikut baris sama teman-teman mu !” kata guru gua, yang matanya berbinar-binar setelah ketemu gua. Hamper mirip kaya perompak nemu hartakarun emas, belian.

Gua pun ikut baris, bareng temen-temen gua. Acara di mulai dengan pembukaan dari panitia penyelenggara lomba, di susul dengan tarian-tarian daerah dari anak TK lain. Gua udah engga sabar.. pengen cepet-cepet tampilin bakat gua. Saking ga sabarnya, gua sampe kebelet kencing, yaudah gua putuskan untuk kencing dulu di wc TK. Disinilah kebodohan itu terjadi….pas lagi mau nurunin resleting celana, susah banget. Bukan susah karena macet.. tapi susah gara-gara nyari sleting celanannya ada di mana ??. dan baru gua sadari.. ternyata celana si izhka ini ga ada resletingnya.. alias bolong pas di tempat sletingnnya itu. Kenapa mamahnya si izhka malah minjemin celana kaya beginian ke orang arif dan kurap kaya gua.. entah mau balas dendam, atau mau membuat ‘burung’ gua terbang.. gua engga tau. Yang jelas sekarang, gua lagi mikirin.. gimana caranya celana ini resletingnya bisa di tutup.

Gua mikir.. kalau sekarang gua ke tukang jahit, takut tukang jahitnya malah kabur…, soalnya  dia baru liat… peranakan tuyul mau ngejahit celana. Kalau gua pinjem celana ke temen.. kasian temen guanya, nanti malah ga pake celana, bisa-bisa gua masuk penjara karena tuduhan ‘mencuri celana teman’ kan engga asik gitu.

“trisyan, kamu lagi ngapain ?? ayo cepat keluar, sebentar lagi giliran kita pentas …” teriak bu Ida sambil ngetok-ngetok kamar WC.
Serasa kesamber gledek !! gua Cuma bias diem…

Diem…

Diem..

Dan pshrettt… gua kecepirit.. (oke ini bercanda hehe)

Dan akhirnya gua Cuma bisa pasrah dan berdo’a

“ya Allah.. semoga orang-orang itu tidak bisa melihat titit ku ya allah..”,

Setelah berdzikir dan berdo’a gua langsung keluar dari WC, lalu gua menghampiri temen-temen gua yang udah pada siap di belakang panggung.

“ayo trisyan, kamu udah siap’kan ?? gerakannya yang energik ya, seperti waktu latihan” bu Ida berusaha menyemangati gua.. sebenernya gua pengen bilang, kalau celana ini tidak memenuhi standar kewajaran seorang drigen, tapi pas gua mau bilang…. MC malah nyosor duluan.

“dan saudara-saudara sekalian.. dengan bangga kami persembahan, paduan suara TK Al’juman !!”. riuh suara penonton….langsung membahana, mengiringi kedatangan pasukan paduan suara ke panggung pementasan. Dan gua malah sengaja di suruh datang paling terakhir, yang pertama gua fikirin Cuma ‘gimana caranya, biar orang lain engga liat sleting gua yang kebuka lebar ini’.

Yaudah gua masuk panggung dengan badan, membelakangi penonton. “tap,tap,tap..” langkah kaki gua bias terdengar.. saking heningnya di sini. Pas gua udah sampe di posisi, hal pertama yg gua lakukan tentu saja hormat kepada penonton dan juri. Dan setelah itu, gua berdiri menghadap temen-temen penyanyi, dengan posisi kaki melipat kedalam untuk menutupi selangkangan gua.

“kiiitaaaa bellllaaa berssaaamaaa.. tu, dua” gua mulai memberi aba-aba, dan temen-temen gua mulai menyanyikan lagu “satu nusa satu bangsa”.

Penonton benar-benar ‘terhipnotis’ oleh penampilan paduan suara ini. Dan sepertinya mereka engga menyadari kalau gua lagi ribet nutup-nutupin sleting sialan ini. Namun, lama kelamaan..derai tawa penonton mulai terdengar oleh gua. Dan gua liat temen-temen gua yg lagi nyanyipun pada ketawa-ketawa, bahkan yang cewe ada yang nutupin mata. Juri kontes udah pada cekikikan, dan bego’nya lagi, gua masih belum sadar sebab akibat insiden tawa ini.

Setelah lagu selesai di lantunkan, kita semua ngasih hormat lagi ke-penonton. Setelah itu kita berjalan menuju belakang panggung. Karena takut sletingnya keliatan, gua jalan jadi ngangkang-ngankang ga jelas. Dan penonton spontang ngakngak kenceng banget !!

ada yang bilang “ itu anak kenapa ya ?? ko jalannya kaya tukang oncom ?” sambil ngakngak ketawa.

ada yang meganggin pertu sambil ketawa,ada yang ketawa sambil megangin dompet dan mungkin ada juga yang bingung “ itu anak kenapa ya ? ko jalannya begitu sih ? apa mungkin dia mengidap cacat permanen sejak lahir ?”

pokoknya ancur lah semua… dan gua Cuma bisa melanjutkan  jalan ngangkang sampe ujung panggung. Dan di belakang, ternyata bu Ida, yang selama ini mendampingi gua dengan sabar dan tenang, ternyata juga lagi ngakngak ketawa, gua Cuma bias melongo, kaya kuntilanak kesurupan ( ada gitu kuntilanak kesurupan ?)

“huahahaha.. trisyan..trisyan, kamu tau ga, tadi kamu tuh mimpin paduan suara pake gaya siapa sih ? ko jadi kaya anak pemain sumo, kakinya dilipet ke dalem..” Tanya bu Ida sambil asik tertawa.
Dan gua Cuma bisa diem..

Difikiran ini gua bilang “ tadi itu gaya tukang beling kena polio bu!!”

Stttt jangan di umbar hehehe… makasih ya udah mau baca cerpen gua hehe.. sampai jumpa di posting selanjutnya !! see yaa